BloggerIndonesia.net - Kota Tua atau yang dahulu dikenal dengan Stadhuis dalam bahasa
Belanda terdapat air mancur yang menjadi sumber air bagi gedung di
sekitarnya. Sekarang bangunan yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No.2,
Jakarta Barat itu diabadikan menjadi Museum Fatahillah yang kerap
dikunjungi wisatawan untuk menggali berbagai informasi sejarah Kota
Jakarta. Menurut sumber data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta di kawasan Kota Tua terdapat gedung-gedung penting.
Anda dapat melihat karya pelukis maestro Indonesia seperti Raden Saleh dan juga lukisan kontemporer lainnya karya Basoeki Abdullah dan Affandi. Sementara di sisi barat, dahulu gedung perusahaan besar Belanda yang bernama Geo Wehry masih kokoh berdiri yang kini dikenal dengan nama Museum Wayang. Berjalan kaki sekitar sepuluh menit dari situ, Anda bakal menemukan Stasiun Kota atau dulu akrab disebut Stasiun Beos.
Di lokasi ini kebanyakan bergaya arsitektur abad ke-19 maka jangan kaget bila Anda akan melihat tampilan bangunan yang apik dan sampai sekarang masih dipertahankan keasliannya. Di sisi utara Museum Fatahillah, terdapat sejumlah perkantoran yang sekarang dijadikan Museum Bank Indonesia dan Museum Mandiri. Berikut empat museum bersejarah di kawasan Kota Tua:
1. Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)
Pada zaman Batavia (Belanda) dibangun sebuah gedung untuk dijadikan Balai Kota pada tahun 1707.
Kini bangunan tersebut masih bisa dilihat di kawasan Kota Tua sebagai Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta. Anda bisa mengunjunginya untuk menilik sejarah Kota Jakarta mulai dari masa pra-sejarah hingga sekarang. Ada banyak koleksi yang dimiliki Museum Fatahillah mulai dari logam, tekstil, batu, kristal, kertas, dan tulang-tulang. Yang menarik ada meriam "Si Jagur" yang dipercaya dapat menambah kesuburan, dan kapak yang digunakan untuk memenggal kepala tahanan kriminal pada zaman Belanda. Hingga lukisan dan foto-foto Gubernur Jenderal Belanda yang memerintah semasa era 1602-1942. Tak kalah menariknya, terdapat pula penjara bawah tanah yang gelap, kala itu Pangeran Diponegoro pernah ditahan di dalamnya.
2. Museum Wayang
Lokasinya yang juga di Kota Tua, Museum Wayang kerap menampilkan pertunjukkan wayang secara berkala yang diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No.27, Jakarta Barat, Musem Wayang juga mengisahkan raja kuno Jawa saat berperang melawan musuh-musuhnya. Pembawa cerita atau biasa disebut dalang akan menggerakkan tubuh wayang dan juga mengubah-ubah intonasi suaranya untuk menyesuaikan karakter tokoh wayang. Tetapi, kesenian wayang juga dapat langsung diperankan oleh manusia tanpa boneka yaitu disebut wayang wong atau wayang orang. Wayang tidak hanya sekedar bentuk keseninan, tetapi juga sebagai media yang menyampaikan pembelajaran dan pemikiran filsafah hidup.
3. Museum Seni Rupa dan Keramik
Berada di Jalan Pos Kota No.2, Jakarta Barat, Museum Seni Rupa dan Keramik juga bisa ditemukan di kawasan Kota Tua. Di sini dipajang koleksi lukisan-lukisan langka peninggalan seniman maestro Indonesia seperti Raden Saleh, Affandi, Basoeki Abdullah, dan S. Sudjono. Tidak ketinggalan maha karya pelukis kontemporer legendaris Dede Eri Supria pun terpampang di Museum Seni Rupa dan Keramik ini. Adapun berbagai koleksi keramik dengan tampilan yang indah bisa Anda simak di sini termasuk pahatan patung karya G. Sidharta.
4. Museum Bank Indonesia dan Bank Mandiri
Jika Anda tertarik dengan dunia perbankan tidak ada salahnya berkunjung sekaligus ke kedua museum ini. Letak kedua museum ini berada berdampingan yakni di Jalan Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (Museum Bank Indonesia) dan Jalan Lapangan Stasiun 1, Jakarta Barat (Museum Bank Mandiri). Museum Bank Indonesia menyajikan sejarah sistem perbankan Nusantara dari masa pemerintahan Belanda hingga sekarang. Sementara itu, museum Bank Mandiri menceritakan bagaimana bank-bank swasta beroperasi pada masa penjajahan. Museum ini masih mempertahankan aura masa silam, di mana lantai-lantainya berbentuk mozaik dari keramik yang menghiasi lobi, ruang pertemuan, dan ruang direktur. Di sana juga terdapat lukisan yang menggambarkan empat musim di Eropa dan Kapten Belanda yang bernama Cournelis de Houtman.
Tidak ada komentar: