BREAKING NEWS
Loading...
Komunitas Blogger Indonesia

Sebuah komunitas yang mewadahi para blogger dari seluruh Indonesia.

"Kegiatan Positif"

Komunitas ini diisi oleh berbagai kegiatan positif dalam menjelang era digital 4.0.

Pelatihan

Kami sering mengadakan berbagai pelatihan-pelatihan, baik tatap muka maupun via online.

Pemberdayaan

Bagi Anggota yang berbakat dan aktif dalam komunikasi antar anggota akan mendapatkan pemberdayaan khusus.

Semuanya Belajar

Semua anggota dan pendiri terdiri dari kita yang masih dan akan terus belajar dari sesama.

Semangat Nasionalisme

Komunitas Blogger Indonesia memiliki misi memberdayakan SDM dan mempromosikan SDA yang ada di Indonesia.

Anggota Banyak

Anggota Resmi yang telah mendaftar merata dari ujung ke ujung pulau di Indonesia.

Menjalin kekerabatan

Menjalin kekerabatan sambil belajar antar Anggota di seluruh Indonesia.

Kabar Kami

Dunia Blogger

Tips Blogging

Tutorial Blogging

Anggota Resmi

Info Indonesia

Fakta


BloggerIndonesia.netNama Lasem mulai populer seiring booming batik yang dihasilkan warga di pesisir utara Pulau Jawa ini. Mengenal kebudayaan dan sejarah kota lewat city tour di Lasem bisa dimulai di Desa Wisata Batik Babagan. Tak sulit menemukan tempat ini.


Gapura besar bertuliskan informasi desa wisata berdiri megah di sisi selatan jalan utama Pantura di Lasem atau dikenal pula sebagai Jalan Daendels. Tak jauh dari gapura, berdiri baliho peta wisata yang menunjukkan beberapa pusat batik di Babagan. Di kawasan ini, kita bisa melihat rumah-rumah tua khas Tiongkok.

Mayoritas, milik pengusaha batik. Tak heran jika kawasan ini juga disebut pecinannya Lasem. Kami memilih rumah batik Sekar Kencana yang berjarak sekitar 250 meter dari gapura masuk sebagai tujuan pertama.

Sekar Kencana merupakan rumah batik milik Sigit Witjaksono, yang juga tokoh Tionghoa Lasem. Kami memilih rumah batik Sekar Kencana yang berjarak sekitar 250 meter dari gapura masuk sebagai tujuan pertama. Sekar Kencana merupakan rumah batik milik Sigit Witjaksono, yang juga tokoh Tionghoa Lasem.

Di usianya yang menginjak 86 tahun, Sigit masih sigap. Dia tak segan menjelaskan dan menunjukkan dapur pembuatan batik. Ada pegawai yang tengah nglengkreng (proses menutup pola menggunakan malam), nerusi (menutup pola menggunakan malam di sisi dalam pola), ngelir (pemberian warna pertama), nembok (memblok motif menggunakan malam), nglorot (memasak kain agar malam luruh sehingga motif batik mulai terlihat), juga menjemur kain batik yang sudah jadi dan siap jual.

Di babad tersebut diceritakan, anak buah kapal yang ikut melaut bersama Cheng Ho, yakni Bi Nang Un bersama istri, Na Li Ni, memilih tinggal di Binag lantaran terpesona keindahan alam Jawa. Dari keduanya, warga Lasem belajar batik dengan motif yang dikembangkan. Pria yang memiliki nama Tionghoa Njo Tjoen Hian ini menyebutkan, beberapa motif batik yang dipengaruhi budaya Tiongkok mayoritas berbentuk binatang.

Meski begitu, masing-masing memiliki makna. Di antaranya, motif burung hong, naga, kupu kupu yang merupakan lambang cinta kasih, kelelawar yang menjadi simbol banyak rejeki, rusa yang melambangkan martabat, serta kura kura simbol panjang umur. Tentu saja, motif ini berbeda dari motif batik di Solo dan Yogyakarta. Sigit mengatakan, batik di kedua wilayah yang pernah menganut sistem pemerintahan kasultanan tersebut lebih banyak dipengaruhi Belanda.

Dalam perkembangannya, motif batik Lasem semakin kaya. Untuk menunjukkan kedaerahan, batik Lasem memiliki tiga motif khas. Yakni, motif latohan, sekarjagad, dan kricakan. Latohan merupakan buah atau tanaman menyerupai rumput laut yang biasanya dimasak penduduk Lasem sebagai urap. Motif latohan sendiri berupa serangkaian buah berbentuk agak lonjong.

Sementara Kricakan atau watu pecah, terinspirasi dari pengerjaan jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 Km atau yang dikenal sebagai proyek Daendels. Di proyek tersebut, kaum muda di Lasem diperintahkan menjadi pekerja penyedia batu pecahana. Namun, banyak dari pekerja itu yang meninggal lantaran wabah malaria.

Sementara Sekarjagad, merupakan motif berbagai bentuk bunga yang berserakan tidak beraturan. Sigit yang merupakan generasi kedua pembuat batik dari keluarga Njo melakukan terobosan sebagai ciri khas. Dia memadukan motif batik yang ada dengan aksara Tiongkok.

Dia mencontohkan kalimat "He Cia Phing An" yang tersemat di kain batik buatannya. Kalimat tersebut merupakan doa yang mengandung harapan agar seisi rumah selamat. Biasanya, batik yang bertuliskan kalimat ini menjadi hadiah seorang anak kepada orangtua.

Lokasi ini berseberangan dengan Sentra Batik Babagan atau di sisi utara jalur Pantura. Satu yang menjadi jujugan pembeli adalah Purnomo Batik Art and Handicraf. Batik di Lasem dibanderol mulai Rp 600 ribu hingga jutaan rupiah. Warna dan motif batik menjadi penentu harga selembar kain batik Lasem.

Saatnya Berbagi :
Share on WhatsApp
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Komentar Facebook :

Komentar dengan Akun Google :

6 komentar:


Top